Senin, November 02, 2009

AFENITAS KETERIKATAN ONTOLOGIS

Oleh :
Welldo Wnophringgo

Di dalam kehidupan dunia ini segala sesuatu sudah ada pasangannya yang berkaitan satu sama lain. Pasangan-pasangan atau sejodo-sejodo seperti ini bukanlah dalam pengertian dualisme, seperti misalnya kaya dan miskin, tinggi dan rendah, terang dan gelap. Namun pasangan-pasangan ini harus diartikan sebagai satu bentuk kete rikatan yang membebaskan dan bukan keterikatan yang mengikat sehingga yang satu terikat pada yang lainnya, keterikatan ontologis semacam inilah sehingga mereka berhubungan, sebaliknya jika mereka masing-masing hanya terikat dengan dirinya masing-masing maka tidak ada keberhubungan lagi.

Setiap pertanyaan butuh jawaban setiap jawaban milik pertanyaan setiap jawaban terikat pada pertanyaan, oleh karena itu jawaban yang benar adalah yang diinginkan oleh pertanyaan atau yang bertanya, maka jawaban yang terikat itulah yang dibutuhkan. Jika jawaban sama sekali tidak terikat dengan pertanyaan, inilah yang disebut salah sambung, tidak nyambung.
Di dalam pengertian ini berarti kebutuhan sesuatu yang lain yang terkait. Kebutuhan dari pertanyaan yang ada terletak di dalam jawabannya. Sehingga pertanyaan sangat terikat pada jawabannya.

Sebaliknya kehadiran jawaban tidaklah berguna jika tidak ada pertanyaannya. Masing-masing terikat pada yang lainnya, keterikatan macam ini bukanlah jenis yang disebut sebagai keterikatan duniawi. Inilah ikatan hakiki, ikatan surgawi ukhrowi, keterikatan AFFENITAS.

Setiap jawaban terikat pada pertanyaan,
setiap pertanyaan butuh jawaban,
Setiap kelaparan butuh makanan,
dan apa gunanya makanan jika tidak ada yang lapar atau kelaparan sehingga setiap makanan terikat pada lapar.
Setiap minuman terikat pada kehausan,
setiap kehausan butuh air minum.
Penjual butuh pembeli dan sebaliknya.
Setiap murid butuh seorang guru.
Setiap guru terikat pada murid.
Setiap istri terikat pada suami.
Setiap suami butuh istri.
Setiap umat terikat pada nabinya.
Setiap rosul butuh umat.
Bahkan Tuhanpun terikat pada makhluknya dan
makhluk membutuhkan Tuhan

Keterikatan ontologis semacam ini berbeda dengan keterikatan-keterikatan yang lainnya yang harus dijauhi di dalam ajaran Spiritual. Keterikatan semacam ini adalah keterikatan yang tidak mengikat justru sebaliknya keterikatan yang melepaskan atau membebaskan. Setiap orang yang lapar terikat pada makanan, namun kehadiran makanan tidak mengikat, bahkan membebaskannya dari kelaparan. Seperti elektron dengan positron dan ketika makanan hadir maka kelaparan lenyap, Lihatlah disana tidak ada dualisme, karena ketika bertemu yang ada hanya satu keadaan, kenyang. Begitu pula kehadiran suami bagi istri dan sebaliknya, adalah satu kesatuan yang kompak sehingga ada sebutan Garwo ( yang artinya sigare nyowo ) atau belahan jiwa. Seorang suami terikat pada isrti, seorang istri terikat pada suami yang demikian ini mereka diikat oleh CINTA.

Ketika ada seorang suami atau istri yang ingin mencelakakan pasangannya karena sudah tidak ada atau memang tidak ada keterikatan satu dengan yang lainnya, masing-masing atau salah satunya hanya terikat dirinya sendiri, terikat pada egonya sendiri, yang dipikirkan hanya keinginan dan kesenangan sendiri. Seorang suami yang tidak terikat pada istrinya sangat berbahaya, seorang istri yang tidak terikat pada suaminya juga berbahaya masing-masing berpegang pada ego dan kepentingan sendiri. Terikatnya istri pada seorang suami adalah untuk mengikat tubuh dan nafsunya sehingga pertemuan mereka membebaskan ruh dan kebebasannya. Terikatnya seorang murid pada guru akan mengikat keterbatasan-keterbatasan mereka agar membebaskan ruh dan kemulyaan mereka masing-masing. Begitu pula keterikatan makhluk kepada Tuhannya.
Ikatan yang semacam inilah yang disebut CINTA.

Cinta adalah suatu yang agung.
Cinta adalah suatu kekuatan,
yang mampu menggerakkan dan membebaskan semua bentuk keterikatan duniawi.
Siapa yang bergerak dan berbuat karena CINTA adalah CINTA.
Yang mencari CINTA akan mendapat CINTA.
Carilah CINTA dengan CINTA
Hanya CINTA yang dapat mempertemukan PECINTA dengan yang DICINTAINYA.
Ketika PECINTA berjumpa dengan YANG DICINTAI maka yang ada hanya satu keadaan yaitu CINTA, KEBAHAGIAAN, KEBEBASAN, KEMULYAAN, KEHENINGAN, KEKEKALAN, KESUCIAN dan KESETIAAN.

CINTA, KEBAHAGIAAN, KEMULYAAN, KESUCIAN, KEKEKALAN, KESETIAAN, KEBEBASAN, atau KEHENINGAN hakikatnya adalah SATU REALITY, SATU KENYATAAN yang bisa disebut dengan seribu nama dan setiap nama selalu menunjukkan bentuk. Maka janganlah terpaku dan terhenyak pada nama dan rupa. Kehadiran dan kepentingan nama dan rupa hanyalah sebagai pengingat atau penunjuk jalan. Hanya mampu membedakan antara nama dengan yang dinamakan rupa dengan yang dirupakan. Bedakan antara apel sebagai nama buah dengan apel sebagai buahnya sendiri.
Pisang sebagai nama hanyalah kata-kata Pisang, sebagai petunjuk untuk menunjukkan buahnya. Buah tidak terikat pada namanya sedang nama terikat pada yang memberi nama yaitu pikiran dan indrawi.

Buah ( pisang misalnya ) tidak terikat pada nama-nama apalagi satu nama.
Orang Jawa menyebutnya Gedang.
Orang Inggris menyebutnya Banana, dan masing-masing nama dan sebutan untuk menunjukkan satu kenyataan yang sama.
Oleh karena itu janganlah kita terpaku dan berhenti pada nama dan rupa jika anda terpaku dan terikat pada nama dan rupa inilah sebuah keterikatan yang harus di jauhi.

Nama dan rupa tetap memiliki Nilai dan harus dihargai sejauh ia mewakili subyek yang memiliki nama dan rupa itulah kita menghargai nama dan rupa. Seperti halnya nama Tuhan dengan Tuhan itu sendiri. Sebutan dan nama Tuhan bisa berbeda-beda, toh Tuhan sebagai subyek yang memiliki nama-nama tersebut adalah SATU bahkan SATU-SATUNYA KENYATAAN selain itu. Itu tidak ada apa-apa lagi. Maka ketika aku mengatakan salah satunya namanya jangan terpaku hanya pada satu pengertian atau konsep yang adanya di balik nama itu.

CINTA adalah salah satu NamaNYA
CINTA adalah Nafas KEHIDUPAN
CINTA adalah yang membuat KEINDAHAN itu INDAH
CINTA-lah yang mampu melihat semua KENYATAAN sebagai KEBAHAGIAAN, CINTA tidak bisa melihat apa-apa kecuali KEBAHAGIAAN, KEINDAHAN sedang yang lainnya tidak ada, tidak nyata, tidak eksis, non eksisten.

Ketika kamu melihat penderitaan, kerugian, kamu melihatnya lewat ego dan ego sendiri yang melihat ego dan pikiran selalu melihat kenyataan dalam bentuk dualisme yang dikhotomis.
Ada senang ada susah
Ada kaya ada miskin
Ada tinggi ada rendah
Ada baik ada buruk
Ada berhasil ada gagal
Apa yang dicapai oleh pikiran dan ego hanyalah sebuah pengertian atau konsep yang terdiri dari sekumpulan kata-kata
Itulah sebabnya, jika kamu mencari CINTA disebabkan CINTA lewat CINTA maka kamu akan mendapatkan CINTA.
Mencari CINTA karena CINTA
Mencari CINTA dengan CINTA
Maka CINTA yang kamu dapatkan di dalam CINTA
kamu sudah mendapatkan sebelum menjumpaiNYA.
Jangan mencoba mendapatkan CINTA dengan cara dan sebab atau tujuan yang lain, jika kamu lakukan ini maka penderitaan dan kegagalan dan kerugian yang akan kamu temui.

CINTA tidak bisa ditukar dengan yang lainnya
CINTA tidak bisa dinegosiasi
CINTA tidak ada kompromi
CINTA tidak bisa ditukar dengan SEX atau UANG atau KESENANGAN dengan sex, dan karena sex, kamu tidak akan mendapatkan CINTA, hanyalah kekacauan. Dengan uang dan karena harta kamu tidak akan mendapat CINTA hanyalah penderitaan dan kegagalan yang kamu peroleh.

Hanya dengan CINTA kamu akan mendapat CINTA
Hanya karena CINTA kamu akan bertemu CINTA,
Ketika kamu mencari CINTA kamu tidak akan menemukan apa-apa kecuali CINTA semata.
Dan kamu bisa menyebutkan dengan seribu sebutan untuk itu.
Jika kehadiran CINTA tidak dapat kau rasakan itu berarti mata keIKHLASANmu belumlah terbuka. Jika kamu tidak bisa menikmati nikmatnya CINTA itu berarti telinga PENERIMAAN dan SYUKURmu yang belum terbuka
Jika kamu kurang terlibat dengan CINTA itu berarti KIDUNG KEPASRAHANmu yang belum terbuka lebar.

Kehadiran CINTA hanya dicapai dengan tiga langkah pasti yaitu :
IKHLAS, PASRAH, SYUKUR
Maka carilah CINTA, DIA tidak dimana-mana tak perlu kamu kemana-mana karena DIA adanya di dalam dirimu sendiri di dalam HATImu :
DISINI, KINI, BEGINI
Inilah Keabadian
Tanpa ruang tanpa waktu inilah KENYATAAN yang KEKAL
DISINI, KINI

Apabila kamu dengan CINTA maka tak ada kata-kata yang dapat kamu katakan. Karena kata-kata terlalu sempit dan kecil untuk mengungkapkan CINTA itu yang AGUNG dan SUCI. Oleh karena itu kata-kata yang terlontar hanya mendangkalkan dan menyempitkan arti CINTA itu sendiri sehingga yang muncul kemudian adalah keraguan dan kesengsaraan.
Jika kamu mulai meragukan CINTA, itu berarti bukan HATImu yang berbicara,
namun pikiran dan egomu yang menuntun adanya perwujudan dan pengucapan.
Hatimu sama sekali tidak menuntut apa-apa karena sudah merasakan KEBAHAGIAAN yang tak bisa dikatakan.

Hatimu sama sekali tidak ingin mendengarkan kata-kata apapun,
karena kata-kata hanya akan mengganggu HATI yang sedang penuh dengan CINTA
Hanya pikiran dan egolah yang banyak menuntut,
Perwujudan dan pengucapan karena hanya dengan perwujudan ( rupa) dan pengucapan ( kata-kata atau nama ) ego dan pikiranmu meminta dan menuntut CINTA.
Itulah sebabnya mengapa mulut, mata dan telinga letaknya berdekatan dengan pikiran, bahkan satu wilayah yaitu kepala.
Oleh karena itu tidak ada perbedaan antara mulut atau perkataan dengan pikirannya.
Apa yang dilihat itulah yang di terima oleh pikiran.
Apa yang di dengar itulah yang selalu di jadikan pegangan oleh pikiran.
Oleh karena itu apa yang keluar dari mulut yang berupa kata atau konsepsi atau persepsi adalah apa yang dipikirkannya.

Pikiran yang hanya memiliki mulut, telinga dan mata Cuma bisa menuntut perwujudan dan pengucapan, sebagai bukti-bukti namun sekalipun bukti-bukti itu diwujudkan dan diucapkan pikiran selalu tetap meragukan perwujudan dan pengucapan dan bukti itu.
Itulah watak dasar pikiran maka jangan mencoba membangun CINTA di atas dasar pengertian berarti kamu membangun RUMAH CINTA di atas daratan pikiran yang mudah goncang. Orang yang membangun CINTA di atas dasar pengertian dan pikiran maka keraguan, kegelisahan dan kepura-puraan yang ada, yang didapatkan.

Hanyalah HATI merupakan dasar dan daratan yang dijadikan tempat berlabuhnya CINTA. Hanyalah HATI yang dapat menjadi daratan yang kokoh dan tetap untuk membangun RUMAH CINTA. Maka biarkan CINTA itu bersemayam di HATImu, DIA bagaikan RATU yang CANTIK mendiami MAHLIGAI CINTA yang INDAH dan AGUNG. Namun HATI tidak bisa dan tidak menyukai pembicaraan. Sudah menjadi watak dasar HATI adalah HENING dan NRIMO apa yang dekat dengan HATI adalah TANGAN dan KAKI maka yang dapat dilakukan oleh HATI adalah berbuat dan berkelakuan.

Kamu hanya akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jika kamu terikat pada keinginanmu maka yang kamu dapatkan sangat terbatas dan sempit sebatas keinginan yang kamu ketahui dan kamu kenali lewat pikiran dan pengalamanmu. Sedangkan KENYATAAN ini lebih luas tak terkira dari apa yang kamu ketahui maupun yang kamu alami.

Pertanyaan pasti berjumpa dengan jawabannya.
Kelaparan pasti berjumpa makanan.
Minuman pasti berjumpa yang haus.
Murid pasti berjumpa dengan guru.
Istri pasti berjumpa dengan suami.
Pecinta pasti berjumpa yang di cintai
Makhluk pasti berjumpa dengan TUHANnya
Kepala bertemu dengan kepala
Mulut dengan mulut
Hati bersua hati
Tangan berpegangan tangan
Perut berjumpa perut
Sex berjumpa sex
Dan jangan salah pasang masing-masing sudah ada pasangannya.

Isinya kepala cuma pemikiran, keraguan.
Isinya mulut cuma perkataan, tuntutan.
Isinya HATI cuma CINTA, kedamaian.
Isinya perut cuma makanan, kebutuhan.
Isinya kemaluan cuma kesenangan, tuntutan.
Di dalam laku hidup ini masing-masing sudah dipenuhi kebutuhannya dengan pemenuhannya masing-masing dan jangan dicampuradukkan permasalahan yang satu dengan yang lain. Jangan dikaitkan antara HATI atau CINTA dengan SEX atau HARTA dan KEUNTUNGAN.
Namun orang yang egois akan mudah dibuat masalah dengan dirinya sendiri apalagi dengan orang lain, lebih-lebih dengan orang yang dicintainya.
Orang-orang egois bukan hanya bermasalah bagi orang lain namun terhadap dirinya sendiri.

Apa yang dicari kepala adalah pengertian sudah dipenuhi,
apa yang dibutuhkan mulut dan telinga hanyalah kata-kata sudah dipenuhi.
Apa yang dibutuhkan HATI adalah CINTA sudah terpenuhi sebelum dipenuhi.
Apa yang diminta sex adalah kepuasan biologis sudah terpenuhi, tidak ada satupun yang dikorbankan untuk yang lain.

Kalau kamu melakukannya maka berarti kamu telah melakukan penipuan, dan tidak ada yang tertipu kecuali dirimu sendiri tertipu oleh pikiranmu sendiri yang mengira demikian sesuai keinginan dan egonya.


Jangan ada perbuatan atau perkataan.
Aku melakukan hubungan sex karena CINTA.
Aku melakukan hubungan sex karena kebutuhan perut
Tidak bisa dicampur aduk salah pasang.
Sex tetap terbatas hanya sex
Perut tetap terbatas hanya makanan
Namun CINTA dan HATI tidak terbatas
Maka CINTA dan HATI tidak bisa ditukar atau diperjualbelikan,
tidak dapat dibeli dengan uang atau apapun.
Sesuatu pertanyaan atau yang bertanya membutuhkan jawaban,
maka setiap jawaban menjadi milik pertanyaan dan terikat padanya.
Setiap pertanyaan atau yang bertanya sudah tahu bahwa jawaban itu pasti ada
Maka sesungguhnya bertanyalah kamu bila sudah siap menerima jawabannya, sekalipun jawaban itu menyakitkannya.

Jika kamu tahu bahwa ada sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan atau diwujudkan, maka sebaiknya jangan kamu lakukan itu, dan apabila kamu melakukannya itu karena kamu meragukannya, meragukan apapun juga termasuk meragukan dirimu.
Meragukan adalah aktifitas pikiran, oleh karena setiap pertanyaan lahir dari pikiran.
Jika kamu tidak bisa menerima jawaban yang bakal menyakitkan lebih baik jangan bertanya. Dan jika kamu sakit karena jawabannya, maka yang sakit bukanlah dirimu atau hatimu tetapi egomu atau pikiranmu karena yang mengharapkan jawaban adalah egomu, maka yang bisa merasakan akibatnya adalah egomu.

Dan jika kamu rasakan juga sakit itu ada di hatimu hal ini terjadi karena kamu menyangka bahwa yang berkata lewat pikiran adalah dirimu namun sebenarnya adalah egomu. Egomu telah mengambil alih kekuasaan terhadap dirimu dari dirimu dan mengaku diri sebagai DIRI.
Maka seluruh dirimu dikuasai dan dikendalikan oleh egomu sedangkan kerja ego dan pikiran hanyalah terus menerus membuat pertanyaan dan meragukannya. Ketakpeduliannya terhadap jawaban yang benar telah membuat hatimu merasa sakit karena hati yang ada di bawah kuasa pikiran dan ego, hanya bisa menanggung akibat yang dilakukan ego tanpa kuasa memberontaknya. Karena watak dari dasar HATI adalah sekedar menerima apapun yang hadir. Pikiran sama halnya dengan mulut dan HATI sama halnya dengan perut.

Mulut bisa makan apa saja yang enak bagi mulut dalam ukuran yang berapapun namun sebab yang dilakukan oleh mulut berakibat pada perut yang hanya bisa menerima apa adanya yang datang lewat mulut sekalipun mungkin dapat menyakitkan perut.
Mulut hanya berbuat untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan bahwa akibatnya yang menanggung adalah perut, inilah bentuk egoisme dari mulut.
Begitu pula pikiran yang kerjanya terus menerus membuat keinginan dan rencana-rencana pertama belum selesai sudah muncul rencana lainnya dan begitu seterusnya.
Namun akibat-akibat keinginan dan rencana itu HATILAH yang menanggung, rencana-rencana yang terbengkalai menimbulkan kegagalan.
Kegagalan demi kegagalan akan melahirkan kegelisahan dan ketakutan dan inilah yang ditanggung oleh HATI yang masih dikuasai oleh ego dan pikiran.
Maka hanya KESADARAN yang mampu membebaskan HATI dari kungkungan pikiran dan ego dengan menyadari bahwa ”Aku Bukan Badan” dan ”Aku juga Bukan Pikiran” dan ”Aku juga Bukan Perasaan” ”Aku adalah RUH Yang Abadi Yang Tidak Terikat Oleh Apa Yang Dibutuhkan Badanku Pikiranku Ataupun Perasaanku”
Kamulah KESADARAN itu.

ayo baca artikel selanjutnya klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar