Rabu, Januari 13, 2010

APA ITU SETAN?

Setan dalam bahasa keseharian sering digambarkan sesosok makhluk yang berwujud mengerikan dan selalu mengganggu manusia. Setan itu terkutuk yang harus dijauhi karena dapat mempengaruhi kita ke jalan yang sesat. Setan diciptakan dari api dan akan mengganggu manusia sampai akhir hayatnya
Selanjutnya apakah Setan itu sama dengan Jin, Gendoruwo, Kuntilanak, atau Samar di Bali? Nah inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Setan yang terkutuk itu tiada lain adalah Nafsu kita yang membara yang bertedensi negatif, seperti contoh Amarah yang meledak ledak dan tidak mampu dikendalikan, makanya sering dikatakan kerasukan Setan.


Setan dikatakan diciptakan dari api tiada lain adalah rasa panas membara yang memicu rasa amarah atau nafsu yang membara yang tidak mampu dikendalikan oleh kesadaran murni sehingga menguasai kesadaran murni itu. Kesadaran murni adalah tingkat kesadaran diri yang mengandung sifat-sifat kebaikan dan keluhuran budi atau sifat-sifat illahi, sedangkan sebaliknya adalah sifat-sifat keburukan atau kebinatangan atau keraksasan.

Apakah Setan itu berwujud? Dari ulasan di atas jelas setan itu bukanlah substansi atau berwujud sehingga tidak perlu takut. Justru setan itu ada di dalam diri bukan di luar diri. Oleh sebab demikian waspadalah terhadap semua gejala yang akan membangkitkan rasa emosi yang akan memicu panas dan membangkitkan Setan di dalam diri. Dalam mengendalikan gejala-gejala inilah manusia mesti banyak belajar dan berbuat untuk mengenali dirinya untuk mengetahui sifat-sifat buruk yang sering dilakukan dan sifat-sifat baik yang mesti dikembangkan.

Sifat-sifat buruk itu setelah diketahui, kemudian diwaspadai agar sebelum dikuasainya kita mesti mampu sejak awal sudah meminimalkannya yang pada akhirnya mampu dikendalikan. Ini memang sulit butuh tekad yang kuat untuk melakukannya, karena nafsu gerakannya sangat halus dan tanpa sadar telah mampu menguasai kesadaran murni kita.

Banyak jalan yang dapat membantu dalam mengontrol sifat-sifat kesetanan itu, seperti berpuasa, pendekatan diri kepada Sang Pencipta, bersujud dan hormat kepada siapa saja untuk merendahkan hati namun bukan berarti merendahkan diri. Sujud bukanlah pemberhalaan atau memuja sesuatu atau menduakan Tuhan, sujud kepada apapun itu semata mata dalam rangka merendahkan hati agar dalam posisi sujud hati akan ketemu hati untuk membangkitkan sifat-sifat diri murni atau sifat-sifat illahi.
Sifat-sifat Illahi yang tumbuh akan mempengaruhi fokus pikiran. Pikiran yang fokus akan sifat-sifat illahi akan mendasari ucapan yang keluar dari mulut yang sudah barang tentu akan menyenangkan atau mendamaikan hati yang akan mendengarnya. Siyal-sinyal ini akan terus dipancarkan oleh Sistem Syaraf Pusat dalam mengendalikan gerak dan langkah atau tingkah laku kita dalam keseharian.

Oleh karena demikian hati-hatilah mempokuskan pikiran karena kalau salah pokus dampaknya kita sendiri yang menanggung akibatnya dan baru sadar setelah dilakukan atau diperbuat. Sebelum mempokuskan diri terlebih dahulu isilah diri ada terhadap hal-hal yang positif atau dengan kata lain bangkitkan sifat-sifat illahi yang ada pada diri kita sehingga mempermudah mempokuskan pikiran terhadap apa yang menjadi kebiasaan kita.

Kalau kebiasaan kita sehari-hari hanya sebagian besar membangkitkan sifat-sifat keduniawian atau nafsu kepemilikan maka fokus pikiran kita akan mudah sekali terseret akan hal-hal yang sifatnya duniawi seperti aku paling aku, yang lainnya lebih rendah dari aku maka ego akan semakin menguasai kita. Begitu terasa lebih rendah maka rasa benci dan amarah akan seketika berubah menjadi Setan yang menguasai kita.

Itulah awal mulanya bangkitnya Setan dalam diri dan sudah barang tentu kita yang diberkati kesadaran Illahi yang merupakan ciptaan dengan derajat paling tinggi diantara ciptaannya tidak kalah begitu saja. Oleh karena demikian berikut ini ada beberapa tip untuk meminimais munculnya setan dalam diri sebagai berikut :

1. Terimalah kenyataan yang ada jangan membandingkan dengan yang lain. Sadarilah kita lahir telah membawa takdir masing-masing, ibarat sebuah sinetron kita melakukan peran masing-masing sesuai tuntutan skenario sang sutradara. Kalau memerankan seorang pembantu perankanlah dengan baik sehingga jalannya cerita enak ditonton. Kalau memerankan pembantu saja tidak becus jangan harap menjadi pemeran utama.
Kenyataan adalah kondisi yang ada pada saat ini, disini dan begini dan fokuslah pada saat ini, lupakan dan ikhlaskan masa lalu dan pasrahkan saat nanti.

2. Kurangi mengeluh dan menyalahkan orang lain, lihatlah ke dalam diri dan bangkitkan kesadaran murni atau sifat-sifat Illahi menurut keyakinan masing-masing.
3. Banyak-banyaklah memberi meskipun itu hanya sebuah senyuman dan selalulah berpikiran positif.

4. Berpasrahdirilah artinya kerjakan apa yang mampu kita kerjakan dengan tidak pernah berharap akan hasilnya.

Selanjutnya yang disebut dengan Jin adalah berwujud yang merupakan ciptakan Tuhan yang ada pada dimensi lain dari alam manusia. Hanya orang-orang tertentu yang mampu melihatnya dengan kelebihan yang dimilikinya. Demikian pula Gendoruwo, Kuntilanak dan Samar adanya pada alam yang mempunyai dimensi yang berbeda dengan alam manusia. Sepanjang kita tidak mempunyai maksud-maksud tidak baik atau mengganggu eksistensi mereka, kita tidak perlu takut, kita mesti saling menghormati sesama ciptaan Tuhan. Kita mesti sadar sebagai ciptaan yang katanya merupakan ciptaan yang paling tinggi derajatnya sudah semestinya menjadi motor dalam menjaga keseimbangan dan keselarasan baik terhadap ciptaan yang tampak kasat mata maupun yang tidak.

By:
Yang Shri Madava Wayan Suratnya

2 komentar: